Skip to main content

TRADISI BANCAAN WETON MASYARAKAT JAWA SEBAGAI RASA SYUKUR DAN MEMINTA KESELAMATAN

 


Bagi masyarakat Indonesia, terdapat beragam upacara tradisi warisan nenek moyang yang bertujuan untuk menjaga keselamatan, kedamaian, dan rasa syukur. Salah satu tradisi Jawa yang masih sering dilakukan hingga sekarang adalah bancaan weton. Bancaan weton atau biasa disebut wetonan merupakan peringatan hari lahir berdasarkan perhitungan kalender Jawa yang berputar setiap 35 hari. Artinya, dalam tradisi Jawa peringatan kelahiran manusia diperingati setiap 35 hari sekali. Tidak seperti ulang tahun bagi masyarakat umum dan modern yang diperingati setiap tahun sekali. Tujuan dari wetonan adalah sebagai rasa syukur kepada Tuhan sekaligus harapan untuk meminta keselamatan dan keberhasilan dalam hidup. Seorang anak yang sering dibuatkan wetonan oleh orang tuanya, dipercaya kehidupan sang anak akan lebih baik, berhati-hati, terkendali, dan terhindar dari musibah. Adapun beberapa daerah di Jawa yang menyebut wetonan sebagai tironan.

Akar dari pelaksanaan wetonan dalam masyarakat Jawa adalah kepercayaan mendalam terhadap leluhur serta pemahaman da pengendalian hawa nafsu manusia melalui sedulur papat limo pancer. Bagi orang asli Jawa tentu sering mendengar istilah sedulur papat limo pancer dari orang tua, nenek, atau buyut. Istilah tersebut diyakini oleh penganut kejawen bahwa tiap individu manusia memiliki empat saudara dan lima sebagai pusatnya. Hal tersebut berarti manusia merupakan bentuk kesatuan wujud saat terlahir di dunia. Kelima wujud tersebut yakni 1) kakang kawah, air ketuban sebagai kakak tertua yang melindungi kita dari dalam kandungan; 2) adi ari-ari, yakni sebutan untuk ari-ari/plasenta yang bertugas mengantarkan kita saat dilahirkan; 3) getih, yakni darah sebagai pelindung manusia dari dala kandungan maupun dalam hidup; 4) puser, yakni tali plasenta yang menghubunga ibu dengan bayi sekaligus sebagai penyalur nutrisi dan makanan untuk bayi; 5) pancer, yakni tubuh kita sendiri yang menjadi pusat kehidupan di dunia. Masyarakat Jawa meyakini bahwa sebagai manusia, kita harus bisa menyelaraskan kelima hal tersebut. Kelengkapan dalam bancaan weton yakni nasi putih yang dibuat tumpeng, tebu, ingkung, gudangan/kuluban, telur rebus, bumbu urap/sambal gudangan, jajan pasar, kembang setaman, bubur tujuh rupa, dan uang logam (koin).


Sumber: https://www.sonobudoyo.com/

Comments

Popular posts from this blog

Tradisi Ruwatan – Ritual Penyucian Dosa Dalam Budaya Masyarakat Demak

  Tradisi Ruwatan  adalah salah satu bentuk upacara atau ritual penyucian yang hingga saat ini tetap dilestarikan oleh masyarakat Demak,  Jawa Tengah. Tradisi ini diberlakukan untuk melestarikan ajaran dari Kanjeng Sunan kalijaga dan digunakan  bagi orang yang  Nandang Sukerta  atau berada dalam dosa. Meruwat bisa berarti mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan atau ritual. Umumnya ritual tersebut menggunakan media  Wayang Kuli t  yang mengambil tema atau cerita Murwakala. Istilah Ruwat berasal dari istilah  Ngaruati  yang memiliki makna menjaga kesialan Dewa Batara. Upacara Ruwatan biasa dilakukan orang Jawa ketika mengalami kesialan hidup. Sebagai misal adalah anak sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan dan lain sebagainya. Untuk tahun ii ruwatan akan di laksanakan di Pendopo Notobratan, Kadilangu pada hari Ming...